KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas berkat, rahmat dan
ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tsunami”.
Tak
Ada Gading Yang Tak Retak Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah yang berjudul “Tsunami” ini
masih ada kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang sifatnya memotivasi penulis agar
tercapainya kesempurnaan makalah ini. Penulis mohon maaf jika terdapat
kesalahan atau kekurangan kata-kata dalam penulisan makalah ini. Semoga
penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Akhir
kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Balikpapan,
4 Januari 2013
Penulis
GEMPA BUMI
A. Pengertian
Tsunami (bahasa
Jepang: tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak
besar di pelabuhan"). Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan
oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Gelombang
tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang
tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam,
gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya
sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang
sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai,kecepatan gelombang
tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah
meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang tsunami bisa
mencapai puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan karena tsunami bisa
diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang
tsunami.
B. Karakteristik
Perilaku
gelombang tsunami sangat berbeda dari ombak laut biasa. Gelombang tsunami
bergerak dengan kecepatan tinggi dan dapat merambat lintas-samudra dengan
sedikit energi berkurang. Tsunami dapat menerjang wilayah yang berjarak ribuan
kilometer dari sumbernya, sehingga mungkin ada selisih waktu beberapa jam
antara terciptanya gelombang ini dengan bencana yang ditimbulkannya di pantai.
Waktu perambatan gelombang tsunami lebih lama dari waktu yang diperlukan oleh
gelombang seismik untuk mencapai tempat yang sama.
Periode tsunami cukup
bervariasi, mulai dari 2 menit hingga lebih dari 1 jam. Panjang gelombangnya
sangat besar, antara 100-200 km. Bandingkan dengan ombak laut biasa di pantai
selancar (surfing) yang mungkin hanya memiliki periode 10 detik dan
panjang gelombang 150 meter. Karena itulah pada saat masih di tengah laut,
gelombang tsunami hampir tidak nampak dan hanya terasa seperti ayunan air saja.
Perbandingan
Gelombang Tsunami dan Ombak Laut Biasa
|
Parameter
|
Gelombang
Tsunami
|
Ombak
Biasa
|
Periode
gelombang
|
2
menit — > 1 jam
|
±
10 detik
|
Panjang
gelombang
|
100
— 200 km
|
150
m
|
Bila
lempeng samudra pada sesar bergerak naik (raising), terjadi air pasang
di wilayah pantai hingga wilayah tersebut akan mengalami banjir sebelum
kemudian gelombang air yang lebih tinggi datang menerjang.
|
|
Bila
lempeng samudra bergerak naik, wilayah pantai akan mengalami banjir air
pasang sebelum datangnya tsunami.
|
Bila
lempeng samudra pada sesar bergerak turun (sinking), kurang lebih pada
separuh waktu sebelum gelombang tsunami sampai di pantai, air laut di pantai
tersebut surut. Pada pantai yang landai, surutnya air bisa mencapai lebih
dari 800 meter menjauhi pantai. Masyarakat yang tidak sadar akan datangnya
bahaya mungkin akan tetap tinggal di pantai karena ingin tahu apa yang sedang
terjadi. Atau bagi para nelayan mereka justru memanfaatkan momen saat air
laut surut tersebut untuk mengumpulkan ikan-ikan yang banyak bertebaran.
|
|
Bila
lempeng samudra bergerak turun, di wilayah pantai air laut akan surut sebelum
datangnya tsunami.
|
Pada
suatu gelombang, bila rasio antara kedalaman air dan panjang gelombang
menjadi sangat kecil, gelombang tersebut dinamakan gelombang air-dangkal.
Karena gelombang tsunami memiliki panjang gelombang yang sangat besar,
gelombang tsunami berperan sebagai gelombang air-dangkal, bahkan di samudra
yang dalam. Gelombang air-dangkal bergerak dengan kecepatan yang setara
dengan akar kuadrat hasil perkalian antara percepatan gravitasi (9,8 m/s2)
dan kedalaman air laut.
|
|
v
= velocity (kecepatan)
|
g
= gravitation (9,8 m/s2)
|
d
= depth (kedalaman)
|
Sebagai
contoh, di Samudra Pasifik, dimana kedalaman air rata-rata adalah 4000 meter,
gelombang tsunami merambat dengan kecepatan ± 200 m/s (kira-kira 712 km/jam)
dengan hanya sedikit energi yang hilang, bahkan untuk jarak yang jauh.
Sementara pada kedalaman 40 meter, kecepatannya mencapai ± 20 m/s (sekitar 71
km/jam), lebih lambat namun tetap sulit dilampaui.
|
Energi
dari gelombang tsunami merupakan fungsi perkalian antara tinggi gelombang dan
kecepatannya. Nilai energi ini selalu konstan, yang berarti tinggi gelombang
berbanding terbalik dengan kecepatan merambat gelombang. Oleh sebab itu,
ketika gelombang mencapai daratan, tingginya meningkat sementara kecepatannya
menurun.
|
|
Saat
memasuki wilayah dangkal, kecepatan gelombang tsunami menurun sedangkan
tingginya meningkat, menciptakan gelombang mengerikan yang sangat
merusak.
|
|
Kedalaman
(m)
|
Kecepatan
(mph)
|
Panjang
Gelombang
(km)
|
7000
|
586
|
282
|
4000
|
443
|
213
|
2000
|
313
|
151
|
200
|
99
|
48
|
50
|
49
|
23
|
10
|
22
|
10.6
|
Selagi
orang-orang yang berada di tengah laut bahkan tidak menyadari adanya tsunami,
gelombang tsunami dapat mencapai ketinggian hingga 30 meter atau lebih ketika
mencapai wilayah pantai dan daerah padat. Tsunami dapat menimbulkan kerusakan
yang sangat parah di wilayah yang jauh dari sumber pembangkitan gelombang,
meskipun peristiwa pembangkitan gelombang itu sendiri mungkin tidak dapat
dirasakan tanpa alat bantu.
|
Tsunami bergerak maju
ke satu arah dari sumbernya, sehingga wilayah yang berada di daerah "bayangan"
relatif dalam kondisi aman. Namun demikian, gelombang tsunami dapat saja
berbelok di sekitar daratan. Gelombang ini juga bisa saja tidak simetris.
Gelombang ke satu arah mungkin lebih kuat dibanding gelombang ke arah lainnya,
tergantung dari peristiwa alam yang memicunya dan kondisi geografis wilayah
sekitarnya.
C. Faktor yang mempengaruhi tinggi
tsunami
1. Bentuk pantai
Refraksi adalah transformasi gelombang akibat adanya perubahan
geometri dasar laut. Di tempat di mana terjadi penyempitan maka akan terjadi
konsentrasi energi, sehingga tinggi gelombang di tempat itu akan membesar.
2. Kelandaian pantai
Jarak jangkauan tsunami ke daratan juga sangat ditentukan
oleh terjal dan landainya morfologi pantai, di mana pada pantai terjal tsunami
tak akan terlalu jauh mencapai daratan karena tertahan dan dipantulkan kembali
oleh tebing pantai, sementara di pantai landai tsunami menerjang sampai
beberapa kilometer masuk ke daratan. Bila tsunami menjalar ke pantai maka ia
akan mengalami perubahan kecepatan, tinggi dan arah, suatu proses yang sangat
kompleks meliputi shoaling , refraksi, difraksi, dan lain-lain.
Shoaling adalah proses pembesaran tinggi gelombang karena
pendangkalan dasar laut. Gempa bumi biasanya terjadi di dekat pertemuan lempeng
benua dan samudera di laut dalam, lalu menjalar ke pantai yang lebih dangkal.
Aliran ini akan teramplifikasi ketika mendekati daratan akibat efek shoaling.
3. Vegetasi dan struktur penghalang di sekitar pantai
Kekuatan hutan pantai meredam tsunami makin terbukti jika
hutan semakin tebal, misalnya hutan dengan lebar 400 meter dihantam tsunami
dengan ketinggian tiga meter maka jangkauan run up tinggal 57 persen, tinggi
genangan setelah melewati hutan pantai tersisa 18 persen, arus tinggal 24
persen.
Difraksi adalah transformasi gelombang akibat ada tidaknya bangunan
atau struktur penghalang. Ini terjadi bila gelombang terintangi sehingga
dipantulkan kembali. Suatu bangunan tegak dan padat akan lebih mampu memecah
daripada yang miring dan tembus air. Pembangunan tembok laut (breakwater)
seperti di Jepang, memang efektif menghalangi terjangan tsunami.
4. Arah gelombang tsunami
Gelombang tsunami yang datang dengan arah tegak lurus dengan
pantai tentu akan menyebabkan tinggi gelombang tsunami lebih tinggi jika
dibandingkan tinggi gelombang tsunami yang datang dengan arah sejajar atau
dengan sudut tertentu. Seperti datang dari arah barat, timur, barat daya
ataupun dari arah tenggara.
5. Efek pemantulan dari pulau lain
Gelombang tsunami yang terjadi tidak langsung berasal dari
sumbernya, akan tetapi terjadi karena akibat adanya pemantulan gelombang dari
sekitar pulau yang terkena dampak gelombang tsunami. Hal ini pernah terjadi di
pulau Babi, yang mana pulau tersebut diterjang gelombang tsunami akibat dari
pemantulan dari pulau disekitar pulau Babi.
D. Penyebab
Terjadinya Tsunami
Tsunami dapat dipicu
oleh bermacam-macam gangguan (disturbance)
berskala besar terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng,
meletusnya gunung berapi di bawah laut, atau tumbukan benda langit. Tsunami
dapat terjadi apabila dasar laut bergerak secara tiba-tiba dan mengalami
perpindahan vertikal.
A. Longsoran Lempeng Bawah
Laut (Undersea landslides)
Gerakan
yang besar pada kerak bumi biasanya terjadi di perbatasan antar lempeng
tektonik. Celah retakan antara kedua lempeng tektonik ini disebut dengan sesar
(fault). Sebagai contoh, di sekeliling tepian Samudra Pasifik yang
biasa disebut dengan Lingkaran Api (Ring of Fire), lempeng
samudra yang lebih padat menunjam masuk ke bawah lempeng benua. Proses ini
dinamakan dengan penunjaman (subduction). Gempa subduksi sangat
efektif membangkitkan gelombang tsunami.
B. Gempabumi Bawah Laut (Undersea
Earthquake)
Gempa
tektonik merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng
bumi. Jika gempa semacam ini terjadi di bawah laut, air di atas wilayah lempeng
yang bergerak tersebut berpindah dari posisi ekuilibriumnya. Gelombang muncul
ketika air ini bergerak oleh pengaruh gravitasi kembali ke posisi
ekuilibriumnya. Bila wilayah yang luas pada dasar laut bergerak naik ataupun
turun, tsunami dapat terjadi.
C. Aktivitas Vulkanik (Volcanic
Activities)
Pergeseran
lempeng di dasar laut, selain dapat mengakibatkan gempa juga seringkali
menyebabkan peningkatan aktivitas vulkanik pada gunung berapi. Kedua hal ini
dapat menggoncangkan air laut di atas lempeng tersebut. Demikian pula,
meletusnya gunung berapi yang terletak di dasar samudra juga dapat menaikkan
air dan membangkitkan gelombang tsunami.
D. Tumbukan Benda Luar
Angkasa (Cosmic-body Impacts)
Tumbukan
dari benda luar angkasa seperti meteor merupakan gangguan terhadap air laut
yang datang dari arah permukaan. Boleh dibilang tsunami yang timbul karena
sebab ini umumnya terjadi sangat cepat dan jarang mempengaruhi wilayah pesisir
yang jauh dari sumber gelombang. Sekalipun begitu, bila pergerakan lempeng dan
tabrakan benda angkasa luar cukup dahsyat, kedua peristiwa ini dapat
menciptakan megatsunami.
E.
Jenis-Jenis Tsunami
a) Tsunami jarak dekat (lokal); terjadi 0-30 menit setelah
gempa.
Jarak
pusat gempa ke lokasi ini sejauh 200 km. Besar kemungkinan bahwa daerah di
sekitar gempa bumi merasakan atau bahkan merusak bangunan. Tanda-tanda sebelum
terjadi tsunami adalah getaran kuat dan sering diikuti oleh pasang surut air
laut. Tanda-tanda ini diperbesar dengan sistem peralatan yang dilengkapi dengan
alarm.
b)
Tsunami
jarak menengah; terjadi 30 menit-2 jam setelah gempa.
Jarak pusat
gempa ke lokasi ini sejauh 200 km sampai
1.000 km. Ada kemungkinan bahwa daerah di sekitar jarak ini merasakan juga gempa dengan intensitas II sampai V MMI (Modified Mercalli
Intensity). Tanda-tanda sebelum terjadi tsunami adalah getaran kuat dan sering diikuti oleh pasang surut air laut.
Sistem peralatan daerah ini juga
sama dengan daerah di atas,
namun sistem peralatan mungkin lebih banyak berperan
karena getaran tidak terlalu keras.
Tanda-tanda ini juga diperbesar dengan sistem peralatan yang dilengkapi dengan alarm.
c) Tsunami jarak jauh; terjadi
lebih dari dua jam setelah gempa.
Jarak lokasi
daerah ini dari pusat gempa lebih dari 1.000 km, karena
itu kecil kemungkinan daerah ini merasakan gempa.
Namun masih mungkin terjadi pasang surut sebelum gelombang tsunami datang.
Sistem peralatan daerah ini tidak perlu dilengkapi dengan accelerograph, kecuali daerah ini juga termasuk daerah rawan tsunami jarak dekat. Peralatan yang diperlukan untuk daerah ini adalah Tremors
yang sudah dipasang di Stasiun Geofisika Tretes.
F. Tanda-Tanda Tsunami
A.
Adanya
gempa bumi
sebaiknya
berhati hati bila terjadi gempa bumi terutama bagi anda yang tinggal di sekitar
pantai.Tsunami biasanya terjadi karena adanya gempa bumi yang terjadi di bawah
atau di dekat laut, tidak hanya gempa di sekitar anda tapi juga di seluruh
dunia, Gempa ribuan kilometer jauhnya dapat berpotensi tsunami yang mematikan
di daerah anda.
B.
Perhatikan
penurunan air laut
jika
ada penurunan air laut yang cepat dan bukan merupakan waktu air laut surut,
maka segeralah mencari tempat perlindungan yang tingggi. Sebelum terjadi
gelombang tsunami air laut akan terlabih dahulu surut dengan cepat dan kemudian
kembali dengan kekuatan yang sangat besar.
C.
Selalu
waspada pada gelombang pertama
gelombang
tsunami pertama tidak selalu yang paling berbahaya, tetap mendekatkan diri dari
garis pantai sampai benar - benar aman. Jangan berasumsi bahwa jika tsunami
kecil di suatu daerah maka akan kecil pula di daerah lain, ukuran gelombang
tsunami bervariasi dan tidak sama di semua lokasi. Gelombang tsunami juga bisa
melakukan perjalanan melalui sungai -sungai yang terhubung dengan laut.
D.
Dengarkan
suara - suara gemuruh
Banyak
korban tsunami menyatakan bahwa datangnya gelombang tsunami di awali dengan
suara gemuruh yang keras sekali seperti kereta barang
Selain
tanda - tanda di atas alam juga dapat memberikan tanda sebelum terjadinya
bencana seperti perilaku hewan yang berubah, gerakan angin yang tidak biasa dan
perbedaan tekanan udara dan cuaca ekstrem. Para ilmuwan berpendapat bahwa hewan
mampu menangkap getaran - getaran atau perubahan tekanan udara di sekitar
mereka yang tidak dapat di lakukan manusia.
G. Megatsunami dan Seiche
a) Megatsunami,
yaitu tsunami yang mencapai ketinggian hingga 100 meter. Peristiwa yang langka
ini biasanya disebabkan oleh sebuah pulau yang cukup besar amblas ke dasar
samudra. Megatsunami juga bisa disebabkan oleh sebongkah besar es yang jatuh ke
air dari ketinggian ratusan meter. Gelombang ini dapat menyebabkan kerusakan
yang sangat dahsyat pada cakupan wilayah pantai yang sangat luas.
b) Seiche,
yaitu fluktuasi atau pengalunan permukaan danau atau badan air yang kecil yang
disebabkan oleh gempa-bumi kecil, angin, atau oleh keragaman tekanan udara.
Seringkali gempa yang besar menyebabkan tsunami dan seiche sekaligus, atau
sebagian seiche justru terjadi karena tsunami.
H.
Terjadinya Gempa Bumi
Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah
menjadi beberapa lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras
kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena
itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi
satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan
tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa
bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi. Teori lempeng tektonik
merupakan kombinasi dari teori sebelumnya yaitu: Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar
Samudra (Sea Floor Spreading).
Lapisan
paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan
bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini
terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantel. Lapisan ini
sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat
bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas yang kita kenal sebagai
aliran konveksi. Lempeng tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan
terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya. Ada tiga kemungkinan
pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu
apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading),
saling mendekati(collision) dan
saling geser (transform).
Jika dua
lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi,
saling mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat
dan tidak dapat dirasakan oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun.
Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan saling mengunci, sehingga terjadi
pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada
lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga
terjadi pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.
I.
Jalur
Gempa Bumi Dunia
Indonesia merupakan daerah rawan gempabumi karena dilalui
oleh jalur pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu: Lempeng Indo-Australia, lempeng
Eurasia, dan lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak relatip ke arah
utara dan menyusup kedalam lempeng Eurasia, sementara lempeng Pasifik bergerak
relatip ke arah barat. Jalur pertemuan
lempeng berada di laut sehingga apabila terjadi gempabumi besar dengan
kedalaman dangkal maka akan berpotensi menimbulkan tsunami sehingga Indonesia
juga rawan tsunami.
Belajar dari pengalaman kejadian gempabumi dan tsunami di
Aceh, Pangandaran dan daerah lainnya yang telah mengakibatkan korban ratusan
ribu jiwa serta kerugian harta benda yang tidak sedikit, maka sangat diperlukan
upaya-upaya mitigasi baik ditingkat pemerintah maupun masyarakat untuk
mengurangi resiko akibat bencana gempabumi dan tsunami. Mengingat terdapat
selang waktu antara terjadinya gempabumi dengan tsunami maka selang waktu
tersebut dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat
sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tsunami dengan membangun Sistem
Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesia
Tsunami Early Warning System/ Ina-TEWS).
J.
Tips Ketika Terjadi Gempa Bumi
Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10
petunjuk yang dapat dijadikan pegangan di manapun anda berada:
1.
Di dalam rumah. Getaran akan terasa beberapa saat. Selama
jangka waktu itu, anda harus mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga
anda. Masuklah ke bawah meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan
benda-benda. Jika anda tidak memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal.
Jika anda sedang menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah
terjadinya kebakaran.
2.
Di sekolah. Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungi
kepala dengan tas atau buku, jangan panik, jika gempa mereda keluarlah
berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah tempat lapang, jangan
berdiri dekat gedung, tiang dan pohon.
3.
Di luar rumah. Lindungi kepada anda dan hindari benda-benda
berbahaya. Di daerah perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari
jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan reklame. Lindungi kepala anda dengan
menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda bawa.
4.
Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar mall. Jangan
menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari
petugas atau satpam.
5.
Di dalam lift. Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa
bumi atau kebakaran. Jika anda merasakan getaran gempa bumi saat berada di
dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat
keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer
gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.
6.
Di kereta api. Berpeganganlah dengan erat pada tiang
sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak.
Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta. Salah mengerti
terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan.
7.
Di dalam mobil. Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan
merasa seakan-akan roda mobil anda gundul. Anda akan kehilangan kontrol
terhadap mobil dan susah mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil
anda di kiri jalan dan berhentilah. Ikuti instruksi dari radio mobil. Jika
harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.
8.
Di gunung/pantai. Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas
gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang
dari tsunami. Jika anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak,
cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
9.
Beri pertolongan. Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang
akan cedera saat terjadi gempa bumi besar. Karena petugas kesehatan dari
rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian, maka
bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang berada di
sekitar anda.
10. Dengarkan informasi. Saat gempa bumi
besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan,
penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan
informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yag benar dari pihak yang
berwenang atau polisi. Jangan bertindak karena informasi orang yang tidak
jelas.
K.
Strategi Mitigasi dan Upaya
Pengurangan Bencana Gempa Bumi
Untuk menghadapi bencana gempa bumi, maka diperlukan strategi yang
tepat, diantaranya:
1.
Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa
khususnya di daerah rawan gempa.
2.
Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas
bangunan.
3.
Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang
tinggi.
4.
Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
5.
Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat
kepadatan hunian di daerah rawan gempa bumi.
6.
Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan
lahan.
7.
Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya
gempa bumi dan cara - cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
8.
Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan,
kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan
pertolongan pertama.
9.
Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan
peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
10. Rencana kontinjensi/kedaruratan
untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.
11. Pembentukan kelompok aksi
penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman kebakaran dan pertolongan
pertama.
12. Persiapan alat pemadam kebakaran,
peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya.
13. Rencana kontinjensi/kedaruratan
untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi
Daftar Pustaka